Minggu, 17 Mei 2009

Info Penting : Kompetisi Blog Mojokerto 2009

Buat mereka yang hobi nge-blog, ada info bagus buat kalian semua.
Komunitas blogger Mojokerto mengadakan kompetisi blog yang bisa diikuti, siapa tahu bisa jadi juara..Namun ada sedikit batasan, karena peserta harus warga Mojokerto lho.
Berikut cuplikan dari situs mereka : www.blogger.mojokerto.org

Kompetisi Blog Mojokerto 2009

Dalam rangka menyemarakkan tahun 2009 sebagai kebangkitan Blogger Mojokerto dan mengangkat citra Mojokerto di mata dunia, maka dengan ini Komunitas Blogger Mojokerto mengadakan Kompetisi Blog Mojokerto 2009

Ketentuan:

  1. Berlaku untuk umum (Asli / tinggal di Mojokerto)
  2. Tema “Mojokertoku” (bercerita tentang mojokerto baik sejarah, wisata, sosial masyarakat, budaya, keagamaan, dll)
  3. Minimal 3 postingan (tulisan) dengan isi yang berbeda
  4. Menampilkan banner (gambar) Komunitas Blogger Mojokerto di blog masing-masing(ambil kodenya di Sini)
  5. Dibuat semenarik mungkin
  6. Mencantumkan profile lengkap di blog masing-masing

Cara Mengikuti :

  1. Daftarkan blog anda ke email event@mojokerto.org
  2. Pendaftaran dibuka mulai 15 Mei – 12 Juni 2009

Kriteria Penilaian :

  1. Originalitas Content/ Artikel /Postingan
  2. Kualitas Isi /Content dan kesesuaiannya dengan Tema

Penentuan Pemenang :

  1. Akan diambil 10 nominator dan dilakukan presentasi untuk menentukan juara 1, 2 dan 3 ( dihubungi panitia)
  2. Keputusan sepenuhnya ada di dewan juri dan tidak dapat diganggu gugat.
  3. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 13 Juni 2009 di http://mojokerto.org
  4. Pemenang wajib hadir di acara penyerahan hadiah pada tanggal 15 Juni 2009 (tempat akan diumumkan kemudian)

Hadiah :
Juara 1 : Tropi Bupati + Piagam + Tabungan Rp. 500.000 + Domain + Hosting
Juara 2 : Tropi + Piagam + Tabungan Rp. 300.000 + Domain + Hosting
Juara 3 : Tropi + Tabungan Rp. 200.00 + Domain + Hosting
Serta merchandise untuk yang masuk nominator

CP : Rohman (085655393856), moeghan (085732676655), Akmal (085649929015), Agung (085732563596)

Nah...tunggu apalagi...silahkan cepet mendaftar ya ?



Minggu, 10 Mei 2009

Bangunan Air Dari Masa Majapahit


Ditulis oleh Karina Arifin

Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk, kanal, kolam dan saluran air yang sampai sekarang masih ditemukan sisa-sisanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pemerintah kerajaan Majapahit membuat bangunan air tersebut untuk kepentingan irigasi pertanian dan sarana mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air, serta pengendali banjir.

Hasil penelitian membuktikan terdapat sekitar 20 waduk kuno yang tersebar di dataran sebelah utara daerah Gunung Anjasmoro, Welirang, dan Arjuno. Waduk Baureno, Kumitir, Domas, Temon, Kraton dan Kedung Wulan adalah waduk-waduk yang berhubungan dengan Kota Majapahit yang letaknya diantara Kali Gunting di sebelah barat dan kali Brangkal di sebelah timur. Hanya waduk Kedung Wulan yang tidak ditemukan lagi sisa-sisa bangunannya, baik dari foto udara maupun di lapangan.

Waduk Baureo adalah waduk terbesar yang terletak 0,5 km dari pertemuan Kali Boro dengan Kali Landean. Bendungannya dikenal dengan sebutan Candi Lima. Tidak jauh dari Candi Lima, gabungan sungai tersebut bersatu dengan Kali Pikatan membentuk Kali Brangkal. Bekas waduk ini sekarang merupakan cekungan alamiah yang ukurannya besar dan dialiri oleh beberapa sungai. Seperti halnya Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusak dan yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, misalnya Waduk Domas yang terletak di utara Waduk Baureno; Waduk Kumitir (Rawa Kumitir) yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; Waduk Kraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temon yang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya Waduk Kumitir.

Disamping waduk-waduk tersebut, di Trowulan terdapat tiga kolam buatan yang letaknya berdekatan, yaitu Segaran, Balong Bunder dan Balong Dowo. Kolam Segaran memperoleh air dari saluran yang berasal dari Waduk Kraton. Balong Bunder sekarang merupakan rawa yang terletak 250 meter di sebelah selatan Kolam Segaran. Balong Dowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah barat daya Kolam Segaran. Hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengan dinding-dinding tebal di keempat sisinya, sehingga terlihat merupakan bangunan air paling monumental di Kota Majapahit.

Kolam Segaran pertama kali ditemukan oleh Maclaine Pont pada tahun 1926. Kolam ini berukuran panjang 375 meter dan lebar 175 meter dan dalamnya sekitar 3 meter, membujur arah timurlaut – baratdaya. Dindingnya dibuat dari bata yang direkatkan tanpa bahan perekat. Ketebalan dinding 1,60 meter. Di sisi tenggara terdapat saluran masuk sedangkan di sisi barat laut terdapat saluran keluar menuju ke Balong Dowo dan Balong Bunder.

Foto udara yang dibuat pada tahun 1970an di wilayah Trowulan dan sekitarnya memperlihatkan dengan jelas adanya kanal-kanal berupa jalur-jalur yang bersilangan saling tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan barat-timur. Juga terdapat jalur-jalur yang agak menyerong dengan lebar bervariasi, antara 35-45 m atau hanya 12 m, dan bahkan 94 m yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas penduduk masa kini.

Kanal-kanal di daerah pemukiman, berdasarkan pengeboran yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya lapisan sedimentasi sedalam empat meter dan pernah ditemukan susunan bata setinggi 2,5 meter yang memberi kesan bahwa dahulu kanal-kanal tersebut diberi tanggul, seperti di tepi kanal yang terletak di daerah Kedaton yang lebarnya 26 meter diberi tanggul. Kanal-kanal itu ada yang ujungnya berakhir di Waduk Temon dan Kali Gunting, dan sekurang-kurangnya tiga kanal berakhir di Kali Kepiting, di selatan Kota Majapahit. Kanal-kanal yang cukup lebar menimbulkan dugaan bahwa fungsinya bukan sekedar untuk mengairi sawah (irigasi), tetapi mungkin juga untuk sarana transportasi yang dapat dilalui oleh perahu kecil.

Kanal, waduk dan kolam buatan ini didukung pula oleh saluran-saluran air yang lebih kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan air di Majapahit. Di wilayah Trowulan gorong-gorong yang dibangun dari bata sering ditemukan ukurannya cukup besar, memungkinkan orang dewasa untuk masuk ke dalamnya. Candi Tikus yang merupakan pemandian (petirtaan) misalnya, mempunyai gorong-gorong yang besar untuk menyalurkan airnya ke dalam dan ke luar candi. Selain gorong-gorong atau saluran bawah tanah, banyak pula ditemukan saluran terbuka untuk mengairi sawah-sawah, serta temuan pipa-pipa terakota yang kemungkinan besar digunakan untuk menyalurkan air ke rumah-rumah, serta selokan-selokan dari susunan bata di antara sisa-sisa rumah-rumah kuno. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat Majapahit telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi dan pengendalian air.

Melihat banyak dan besarnya bangunan-bangunan air dapat diperkirakan bahwa pembangunan dan pemeliharaannya membutuhkan suatu sistem organisasi yang teratur. Hal ini terbukti dari pengetahuan dana teknologi yang mereka miliki yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan banjir dan menjadikan pusat kota terlindungi serta aman dihuni.
Sampai sekarang, baik dari prasasti maupun naskah kuno, tidak diperoleh keterangan mengenai kapan waduk dan kanal-kanal tersebut dibangun serta berapa lama berfungsinya. Rusaknya bangunan-bangunan air tersebut mungkin diawali oleh letusan Gunung Anjasmoro pada tahun 1451 yang membawa lapisan lahar tebal yang membobol Waduk Baureno dan merusak sistem jaringan air yang ada. Candi Tikus yang letaknya diantara Waduk Kumitir dan Waduk Kraton bahkan seluruhnya pernah tertutup oleh lahar.

Keadaan kerajaan yang kacau karena perebutan kekuasaan ditambah dengana munculnya kekuasaan baru di daerah pesisir menyebabkan kerusakan bangunan air tidak dapat diperbaiki seperti sediakala. Erosi dan banjir yang terus menerus terjadi mengakibatkan daerah ini tidak layak huni dan perlahan-lahan ditinggalkan oleh penghuninya.

Sumber : Majapahit Kingdom

Jejak Negeri Sang Penakluk (1)

Mojokerto tak ubahnya ruang imajinasi, sebuah kerajaan besar yang nyaris tak lekang di makan jaman.

Dulu, ada petani dari Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto gelisah karena serbuan tikus sawah. Hasil tani yang biasanya cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga, kini nyaris tak tersisa. Tak tahan menghadapi serbuan tikus, ia memohon pada Sang Pencipta. Suatu malam, Si Petani mendapat wisik (wangsit, red) agar mengambil air di kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut sawah.

Sebuah keajaiban terjadi. Tikus-tikus yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja. Tanah sawah juga mendadak jadi subur. Si Petani tak kuasa menahan kegembiraannya dan bercerita pada warga desa.

Beberapa saat kemudian, ada saudagar kaya mendengar kabar tentang khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus, ia mencari jalan pintas untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, ia mencuri batu candi dan meletakkannya di sudut-sudut sawah.

Lagi-lagi sebuah kejaiban terjadi. Tapi kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi di sawah. Fenomena ini membuat warga desa sadar, bahwa mereka tak bisa berharap lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di Candi Tikus, tapi bukan batu-batu candi," kata mereka. Dan mitos ini, ternyata masih dipercaya hingga kini.

Di sisi lain, ada mitos lain yang berkembang kebalikannya. Pada tahun 1914, candi ini ditemukan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromojoyo Adinegoro. Sebelumnya, ia mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka. Tanpa pikir panjang, Kromojoyo memerintah aparat desa agar memobilisasi massa dan menyatakan perang pada tikus.

Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk dalam lobang dalam sebuah gundukan besar. Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo memilnta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam gundukan terdapat sebuah candi. Melihat sejarah penemuannya, Kromojoyo memberi nama Candi Tikus.

Memasuki masa kemerdekaan, Candi Tikus yang mulai rusak dipugar setahap demi setahap. Puncaknya, Candi Tikus dipugar pada tahun 1984 hingga 1989. Tentu, pemugaran ini dilakukan dengan ekstra hati-hati agar tak berseberangan dengan tampilan asli.

Kini, masyarakat bisa melihat Candi Tikus sebagai aset wisata sejarah yang kaya sentuhan estetika. Secara keseluruhan, candi ini lebih mirip dengan petirtaan. Bangunannya dibangun di atas tanah yang lebih rendah 3,5 meter dari tanah di sekitarnya. Untuk mendekati candi, kita harus melewati tangga masuk di sisi utara. Dari situ, kita bisa melihat candi berukuran 29,5X28,25 meter dan tinggi keseluruhan 5,2 meter ini dari dekat.

Sampai sekarang, Candi Tikus masih sering dijadikan ajang penelitian ahli purbakala dari dalam dan luar negeri. Kebanyakan, mereka ingin merangkai fakta sekaligus antitesis sebuah teori yang menyebut, semua bangunan yang berasal dari masa pengaruh agama Hindu - Budha abad 5-15 M adalah candi. Padahal, bangunan-bangunan itu tak selalu berfungsi sebagai sarana pemujaan.

Sebagai bangunan berkarakter khas, Candi Tikus adalah icon yang berseberangan dengan teori itu. Karena Candi Tikus memiliki pancuran dan saluran air yang konon berperan besar sebagai pengatur debit air di Majapahit. Di luar itu, Candi Tikus juga memiliki daya tarik yang tak bisa lepas dari rangkaian situs Majapahit yang tersebar di Trowulan.


Dua Gapura
Tak jauh dari Candi Tikus, tepatnya di Dukuh Kraton, Desa Temon, terdapat Candi atau Gapura Bajangratu. Secara keseluruhan, gapura ini terbuat dari batu merah. Sedangkan ambang pintu dan lantai terbuat dari batu andesit. Dilihat dari bentuknya, gapura ini masuk dalam kelompok paduraksa atau gapura yang memiliki atap. Denah bangunan berbentuk segi empat berukuran 11,5X10,5 meter dan tinggi 16,5 meter. Sedangkan lebar lorong pintu masuk 1,4 meter.

Bila dilihat secara vertikal, Bajangratu dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu kaki, tubuh dan atap. Selain itu, gapura mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Di kaki gapura, ada hiasan yang menggambarkan cerita Sri Tandjung. Sedangkan di atas tubuh, ada hiasan kala dan sulur. Pada bagian atap, ada hiasan kepala kala yang diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu atau monocle cyclops. Di sayap kanan, ada relief cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang. Konon, relief-relief ini berfungsi sebagai penolak mara bahaya.

Konon, nama Bajangratu dikaitkan dengan keberadaan Prabu Jayanegara. Dalam wacana Jawa Kuno, bajang berarti kecil atau kerdil. Sehingga Bajangratu berarti orang yang naik tahta atau menjadi raja ketika masih kecil. Dalam catatan sejarah Majapahit, raja yang diangkat sejak masih kecil adalah Jayanegara.

Catatan yang di dapat Mossaik menyebutkan, gapura ini dibuat sebagai prasasti peringatan wafatnya Jayanegara pada tahun Saka 1250 atau tahun 1328 Masehi. Meski sejarah Jayanegara teraba dengan samar, keberadaan Gapura Bajangratu sebagai sisa peninggalan sejarah Majapahit sangat sulit dipungkiri. Bahkan ada yang menyebut, Bajangratu merupakan salah satu gapura kerajaan Majapahit.

Dalam versi yang lain, Bajangratu merupakan gapura ke dua setelah Gapura Wringin Lawang, yang terletak di Dukuh Wringin Lawang, Desa Jatipasar. Dalam tulisan Raffles, pada tahun 1815, gapura ini dikenal dengan sebutan Gapura Jati Paser. Baru pada tahun 1907, gapura ini mulai dikenal dengan nama Candi atau Gapura Wringin Lawang.

Nama Wringin Lawang diambil dari fakta yang ada di temuan awal. Dulu, gapura yang dibuat dari batu bata merah ini diapit oleh pohon beringin di sisi kiri dan kanan. Bangunan ini menghadap ke arah timur dan barat. Bangunan ini berukuran 13X11,5 meter dan tinggi 15,5 meter. Pemugaran gapura ini dilakukan pada tahun 1991 hingga 1995.

Berbeda dengan Bajangratu yang bergaya paduraksa, Wringin Lawang bergaya candi bentar. Artinya, candi yang tidak memiliki atap. Jika dilihat dari jauh, orang langsung bisa menebak, Wringin Lawang adalah gerbang keluar masuk dari tempat ke tempat lain. Konon, gapura ini merupakan pintu masuk tamu-tamu kerajaan yang ingin bertandang ke istana.

Sumber : www.etalasebumi.blogspot.com

Jejak Negeri Sang Penakluk (2)


Kenyataan yang ada di Candi Tikus, Gapura Wringin Lawang dan Candi Bajang Ratu, sangat berbeda dengan realitas yang ada di Candi Menakjinggo, Candi Gentong, Candi Sumur Upas, Candi Kedaton, dan Situs Sentonorejo atau Situs Lantai Segi Enam.


Misalnya di Candi Menakjinggo yang terletak di Dukuh Unggah-Unggahan, Desa Trowulan. Pengunjung hanya disuguhi puing-puing dan pondasi candi yang berhias lumut dan berserakan. Meski begitu, Menakjinggo tetap menyimpan pesona. Misal, di sisi batu-batuan andesit itu ada serpihan relief yang diam-diam menyimpan banyak cerita. Diantaranya kisah petualangan Si Kancil yang dengan cerdik berhasil menaklukkan buaya.

Selebihnya, ada beberapa bagian candi dipindah ke Balai Penyelamatan Arca Trowulan. Misalnya, dua relief berukuran besar yang menggambarkan seorang wanita berbadan ikan dan raksasa bersayap yang dikenal dengan sebutan Arca Menakjinggo. Sedangkan sejumlah arkeolog mengatakan, arca ini bernama Arca Garuda.

Di kalangan masyarakat sekitar, candi ini dikenal dengan sebutan Sanggar Pamelengan. Konon, candi ini dibangun Menakjinggo, Bupati Blambangan, sebagai bentuk pemujaan atau pamelengan pada Ratu Kenconowungu.

Sama dengan Candi Menakjinggo, di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, terdapat sebuah candi yang diawal penemuannya sempat mengejutkan masyarakat. Mengutip catatan Edi Pion, Arkeolog yang tinggal di Mojokerto, candi berukuran 23,5X23,5 meter dan tinggi 2,45 meter ini relatif lebih besar dibanding Candi Brahu, Wringin Lawang, bahkan Bajangratu. Berdasar beberapa catatan jaman Belanda, bangunan ini dikenal sebagai Candi Gentong.

Misalnya dalam Rapporten Oudheidkundige Commisie disebutkan, tahun 1907, di Desa Trowulan terdapat Candi Gentong yang tinggal puing-puing. Fakta ini diperkuat dengan tulisan NJ Krom di Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kuns pada tahun 1923 dan pernyataan Maclaine Pont, pendiri Museum Trowulan.

Katanya, Candi Gentong merupakan satu kesatuan dengan Candi Tengah dan Candi Gedong. Karena dianggap punya peran besar dalam rekonstruksi peninggalan Majapahit, pemerintah melalui proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bekas Kota Kerajaan Majapahit berusaha untuk melakukan penggalian. Hasilnya, ditemukan stupa dan arca-arca Buddha., Di luar itu, ditemukan fakta denah sebuah candi yang organisasi ruangnya unik, bahkan boleh dibilang paling unik di Indonesia.

Denah Candi Gentong tersusun dari tiga bangunan bujur sangkar yang memusat. Bujursangkar pertama atau yang paling kecil, meiliki panjang dan lebar 9,25 meter. Lalu bangunan kedua, berukuran 11,40 dan bangunan ketiga berukuran 23,5X23,5 meter.

Berdasar analisa carbon dating yang diteliti di Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung, diketahui, candi ini dibangun pada tahun 1370. Artinya, Candi Gentong berasal dari zaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Dari data denah bangunan didukung temuan-temuan arkeologis lain, Candi Gentong dulu merupakan bangunan stupa yang relatif besar di bagian pusat, kemudian dikelilingi oleh stupa-stupa yang lebih kecil.

Sumber : www.etalasebumi.blogspot.com

Mengenal Candi Bajang Ratu

candi bajangratu

Candi Bajangratu atau yang dikenal sebagai Gapura Bajangratu adalah sebuah candi yang berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Mojokerto, candi ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara yang dalam NegaraKertagama disebut “kembali kedunia Wisnu” tahun 1328.

Diduga pula candi ini merupakan pintu gerbang menuju ke istana Majapahit. Dugaan ini didukung adanya relief “Sri Tanjung” dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan.

Nama Bajangratu itu sendiri dikaitkan dengan tulisan dalam Pararaton dan cerita rakyat setempat. Disebutkan, ketika dinobatkan menjadi raja, Jayanegara masih sangat muda (bajang) sehingga diberi sebutan “Ratu Bajang atau Bajang Ratu”. Disitu juga disebutkan, bahwa ketika meninggal, Jayanegara didharmakan di Kepompongan serta dikukuhkan di Antawulan (kini Trowulan. Penyebutan Bajangratu muncul pertama kali dalam Oundheitkundig Verslag [OV] tahun 1915.

Secara fisik, bangunan ini merupakan gapura paduraksa [gapura beratap], terbuat dari batu bata kecuali tangga [bordes] serta ambang pintu [bawah dan atas] terbuat dari batu andesit. Berdiri di ketinggian 41,49 m dpl, dengan orientasi mengarah timur laut-tenggara. Denah candi berbetuk segiempat, berukuran ± 11,5 x 10,5 m, tinggi 16,5 m, lorong pintu masuk lebar ± 1,40 m.

Secara vertikal bangunan ini mempunyai 3 bagian ; kaki, tubuh dan atap. Mempunyai semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi. Kaki gapura sepanjang 2,48 m. Struktur kaki tersebut terdiri dari bingkai bawah, badan kaki dan bingkai atas. Bingkai-bingkai ini hanya terdiri dari susunan sejumlah pelipit rata dan berbingkai bentuk genta . Pada sudut-sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali pada sudut kiri depan dihias relief menggambarkan Sri Tanjung.

Candi ini selesai dipugar dan diresmikan pada tahun 1992 oleh Dirjen Kebudayan Departemen pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber : www.maspher.or.id

Mengetes keperawanan di sukuh, candi peninggalan raja terakhir majapahit


Setelah melewati terminal karangpandan, hawa pegunungan yang sejuk mulai terasa, awan hitam yang menggelayut di langit mulai menampakkan curahan air hujan walau rintik-rintik, setelah setengah kilo berkendara terlihat sebuah gapuro bertuliskan “kawasan wisata cetho-sukuh”.

Akan tetapi perjalanan masih jauh, masih sekitar empat kilometer lagi untuk sampai di kawasan kompleks Candi Sukuh. Candi ini sendiri terletak di dusun sukuh, desa gerjo, ngargoyoso, Karanganyar, pada ketinggian 1.186 mdpl (meter dari permukaan laut) kawasan Candi Sukuh masih satu kawasan dengan Candi Cetho yang terletak 4 kilo diatas sukuh.

Dari Solo, total perjalan membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam karena jaraknya yang lumayan jauh, yaitu sekitar 50 kilometer timur kota solo melewati jalan raya solo-tawangmangu.

Candi hindu ini adalah peninggalan Prabu Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Majapahit. Majapahit dulunya adalah kerajaan besar yang menyatukan nusantara, sampai pada daerah yang kita kenal sekarang dengan sebutan negara Malaysia dan Singapura. Akan tetapi seperti manusia, sebuah kerajaan juga mengalami lahir, tumbuh, besar, dan akhirnya mati.
Kerajaan Majapahit juga tak luput dari hal itu, kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya ini, setelah era keemasannya di bawah kepemimpinan Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, perlahan mulai mati dan runtuh.

Ada beberapa hal yang membuat kerajaan ini runtuh, mulai dari meninggalnya Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada yang sulit dicari penggantinya, adanya perang saudara, dan yang terakhir adalah munculnya Kerajaan Demak Bintoro sebagai kerajaan islam yang perlahan meruntuhkan Majapahit.

Prabu Brawijaya V sebagai raja terakhir dari kerajaan ini, akhirnya melarikan diri jauh dari istananya sampai ke Gunung Lawu, karena merasa terdesak oleh kerajaan Demak yang dipimpin oleh anaknya sendiri Raden Patah. Di gunung lawu inilah sang prabu dipercaya moksa (menghilang) dan meninggalkan beberapa petilasan-petilasan yang masih sering dikunjungi oleh masyarakat sampai sekarang ini. Salah satunya candi sukuh dan candi cetho.

Kesusu waton bakuh

Candi sukuh sendiri ditemukan pada tahun 1815 semasa pemerintahan Gubernur Jendral Thommas Standford Raffles. Waktu itu, ia menyuruh residen surakarta untuk mencari ada tidaknya sebuah candi di kawasan karesidenan surakarta sebagai bahan tulisan untuk bukunya “The History of Java”.
Sedangkan nama sukuh sendiri dari kerthabasanya memiliki 3 arti, yang pertama, “kesusu waton bakuh” atau tergesa-gesa asalkan kuat. Hal ini menurut pak sarjono petugas dari dinas pariwisata kabupaten karanganyar dikarenakan sang prabu dalam kondisi melarikan diri, sehingga hanya bisa membuat sebuah tempat ibadah untuk ritual keagamaan secara sederhana dan tergesa-gesa, tidak mungkin membuat sebuah tempat ibadah yang fenomenal seperti Candi Borobudur atau Prambanan.“Karena dalam kondisi melarikan diri, candi ini dibuat ‘kesusu’ (tergesa-gesa) asalkan ‘bakuh’ (kuat)”. Kata pak sarjono. Hal ini nampak dari bentuk bangunannya yang sederhana, hanya 3 teras, dan relief-relief yang ada di dalam candi. “ Relief-relief yang ada di dalam candi dibuat bukan oleh seorang yang ahli atau mpu ukir, akan tetapi oleh rakyat biasa yang dinilai mampu untuk memahat relief, sehingga terlihat kasar dan sederhana” tambahnya lagi.
Arti nama sukuh yang kedua adalah, “su” (lebih) dan “kuh” ( kuat), jadi candi ini dibuat asal kuat sebagai tempat beribadah. Dan arti nama sukuh yang ketiga, berasal dari bahasa jawa “suku” yang berarti kaki, karena letaknya yang berada di kaki gunung lawu.
Candi Sukuh sendiri dibangun sekitar abad 15 M pada masa-masa keruntuhan majapahit, hal ini terlihat dari reliefnya di gapuro pertama, berupa raksasa yang sedang memakan manusia atau “gapuro butho aban uwong” yang dalam sengkalan jawa menunjukkan tahun 1359 saka atau sekitar 1447 M.
Kompleks candi ini terdiri dari 3 teras, teras pertama atau “njobo” terdapat gapuro yang disebut Paduraksa atau Cangapit. Di gapuro ini terdapat relief di kanan dan kiri gapuro yang menunjukkan tahun pembuatan candi yaitu “gapuro butho aban uwong” di gapuro sebelah kiri, dan “gapuro butho anahut bunthut” yaitu gambar raksasa yang sedang memakan ekor di gapuro sebelah kanan. Kedua relief ini seperti penjelasan diatas menunjukkan tahun 1359 saka.
Selain kedua relief di gapuro pertama ini, terdapat juga sebuah relief di lantai gapuro, berupa “lingga” (alat kelamin laki-laki) yang melambangkan dewa siwa dan “yoni” (alat kelamin wanita) yang melambangkan dewi durgha, dilingkari oleh sebuah rantai emas atau “wiworo wiyoso anahut jalu”.
Relief ini sendiri melambangkan kesuburan, atau dapat juga diartikan, bahwa seorang anak lahir di dunia ini karena ayahnya, dalam hal ini dilambangkan dengan “lingga” bertemu dengan ibunya, yang dilambangkan dengan “yoni” dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci, yang digambarkan berupa sebuah rantai emas yang melingkari lingga dan yoni.
Selain filosofi tersebut terdapat sebuah mitos tentang relief ini, konon menurut sejarah, gapuro ini merupakan sebuah tempat untuk mengetes keperawanan seorang wanita pada zaman dahulu kala.
Mitosnya, apabila seorang wanita akan menikah, ia disuruh berjalan melewati relief ini, jika stagen atau kain yang melilit pinggangnya lepas, menurut mitos tadi wanita tersebut sudah tidak perawan lagi. Akan tetapi apabila kembennya yang merosot, dipercaya bahwa kelak setelah menikah, wanita ini suka selingkuh.
Akan tetapi sekarang gapuro ini sudah ditutup untuk menjaga agar relief yang berada di gapuro ini tidak rusak. Dan untuk pengunjung yang ingin masuk kompleks area candi, terdapat sebuah jalan setapak yang berada disebelah kanan gapuro.
Di teras pertama ini selain gapuro, terdapat juga beberapa relief di area ini, seperti relief sapi, gajah, celeng (babi liar), dan relief seorang pangeran yang sedang menunggan kuda. Terdapat pula beberapa buah pondasi dari batu yang diperkirakan dulu merupakan pondasi sebuah bangunan atau pendopo.
Di teras kedua terdapat gapuro yang disebut Selomatangkep, di teras kedua atau “njobo tengah” ini, terdapat 2 buah patung garuda yang sudah tidak sempurna lagi karena telah hilang kepalanya. Sedangkan di teras ketiga terdapat bangunan utama candi atau “njeron”. Di teras inilah bangunan candi utama berada, yaitu berupa bangunan segi empat setinggi kira-kira 10 meter yang mirip dengan piramida pada kebudayaan maya di peru.
Seperti Candi Borobudur, di sekeliling bangunan utama Candi Sukuh juga terdapat banyak relief dan patung yang menceritakan beberapa kisah di pewayangan. Seperti peristiwa ruwatan Raden Sadewa, satria termuda pandawa lima, ada juga cerita tentang Garuda yang menyelamatkan ibunya Dewi Witara dari perbudakan Dewi Kadru ibu para ular dan naga.
Ada sebuah relief menarik yang menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia. Relief tersebut, berbentuk seperti rahim wanita yang didalamnya terdapat gambar relief Bethara Guru yang melambangkan Tuhan, berhadap-hadapan dengan Bima seorang kesatria pandawa yang berhati suci. Yang melambangkan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dalam keadaan suci.
Kemudian terdapat relief seorang ibu yang sedang menyusui anaknya, yang berarti bahwa, seorang anak, pertama kali merasakan kasih sayang dan pendidikan itu dari ibunya. Yang terakhir dari relief tersebut adalah, gambar relief seorang bayi yang sedang diperebutkan oleh dua orang, yang melambangkan bahwa setelah dewasa manusia itu menjadi rebutan antara hal baik dan hal jahat.
Di depan candi utama, terdapat tiga buah meja batu berbentuk kura-kura yang berukuran besar sebagai tempat sesaji dalam beribadah. Di sampingnya, ada sebuah bangunan berbentuk segi empat menyerupai tugu dengan sebuah patung di tengahnya. Bangunan itu disebut candi Perwara, yang merupakan makam Eyang Sukuh atau Kipojiro. Dia merupakan juru kunci candi yang ditunjuk langsung oleh Prabu Brawijaya V.
Untuk mencapai puncak candi pengunjung harus ekstra hati-hati, karena tangga yang ada hanya bisa dilewati oleh satu orang dengan jarak anak tangga yang lumayan tinggi. Di puncak candi, diperkirakan pada jaman dahulu terdapat sebuah bangunan atau pendopo, hal ini karena terdapat beberapa pondasi berlubang tempat untuk mendirikan tiang sebuah bangunan.
Candi sukuh sendiri mulai dipugar dan direnovasi pada tahun 1917, dan diresmikan pada tahun 1982 oleh Dr. Daud Yusuf Mendikbud pada masa itu. renovasi sendiri meliputi pembuatan akses jalan, pembangunan pagar di sekeliling kompleks candi, dan bangunan-bangunan seperti WC umum, tempat loket atau karcis, dan pos jaga.
Wisatawan yang berkunjung ke candi sukuh cukup beragam, dari luar negeri terdapat wisatawan mancanegara berasal dari jepang, korea, amerika, maupun turis yang berasal dari eropa. Sedangkan untuk wisatawan lokal, candi sukuh ini hanya menjadi sekedar tempat untuk “mampir”, karena tujuan wisata utama mereka adalah Tawangmangu dan air terjun Grojogan sewu.
Untuk masuk sukuh anda cukup merogoh kocek Rp 2.500 untuk wisatawan local dan Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara. Pengunjung biasanya ramai pada hari minggu atau hari libur nasional. Akan tetapi untuk saat ini relatif sepi, hal ini karena saat ini merupakan musim penghujan, apalagi beberapa waktu lalu tawangmangu baru saja mendapat bencana alam berupa tanah longsor.
Jadi, jika anda ingin piknik ke tawangmangu jangan lupa mampir di candi sukuh, untuk sekedar mengagumi bangunan bersejarah peninggalan majapahit atau jika anda ingin membuktikan sendiri kebenaran mitos yang ada di sekitar candi ini.

Sumber : www.news.uns.ac.id

Kota Majapahit Dibangun dengan Sistem Jaringan Air



Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Dradjat mengatakan, bahwa keberadaan Trowulan dan dihubungkan dengan Kerajaan Majapahit sudah lama jadi subyek penelitian.

Bahkan, awal abad 19 seorang Belanda bernama Wardenaar diutus Gubernur Jenderal Stamford Raffles untuk mencatat potensi kepurbakalaan. Pada tahun 1985 penelitian yang lebih intensif tentang Trowulan dilakukan dengan metoda penginderaan jarak jauh dan hasilnya menakjubkan dengan interpretasi bahwa kota Majapahit dibangun dengan sistem jaringan air yang saling berhubungan.

"Sistem jaringan air ini dalam kajian arkeologi adalah merupakan model pertahanan yang lazim digunakan oleh kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara, seperti Sukothai dan Kamboja. Dengan penelitian ini terbukti bahwa Trowulan adalah bekas Kota Majapahit adalah sangat kuat dan sudah memiliki hubungan erat dengan berbagai negara," kata Hari Untoro Dradjat, Senin (3/11).

Menurut Hari, temuan di Trowulan terdiri atas candi, kanal, kolam segaran, keramik, logam, mata uang dan lain-lainnya tersebar sangat luas dalam kota Kerajaan Majapahit yang berukuran 9 x 11 km persegi. Melihat pentingnya situs Kota Majapahit ini maka Pemerintah telah membuat master plan sebagai dasar pelestarian dan pemanfaatannya. Sejumlah situs sudah dilakukan pemugaran, seperti Candi Tikus, Candi Bajangratu, Candi Brahu, Candi Gentong, dan Candi Wringin Lawang, serta Kolam Segaran.

Trowulan sebagai bekas Kota Majapahit, jelas Dirjen Sejarah dan Purbakala itu, dalam pengembangan dan pemanfaatannya ke depan perlu didukung dengan adanya Taman Majapahit, yang berfungsi sebagai sentral yang menghubungkan jaringan situs-situs yang ada di trowulan. Di samping itu juga berfungsi sebagai laboratorium untuk kepentingan penelitian kebudayaan Majapahit.

Pembangunan Taman Majapahit yang peletakan batu pertamanya oleh Menbudpar Jero Wacik, Senin (3/11) diharapkan dapat memberikan penjelasan secara lengkap dan memuaskan kepada masyarakat mengenai arti penting dari peninggalan Majapahit.

"Dalam pengembangan ke depan kita perlu dukungan dari berbagai pihak, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, CSR dan masyarakat luas," jelasnya.

Sumber : www.kompas.com

Situs Purbakala Trowulan, Objek Wisata Yang Makin Diminati

Situs purbakala banyak tersebar di daerah Trowulan, Mojokerto. Diantaranya terdapat Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Kedaton, Gapura Wringin Lawang, Kolam Segaran, Pendopo Mojopahit (petilasan Gajahmada), Museum Trowulan, Makam Putri Cempa, Makam Troloyo (makam Syeikh Jumadil Qubro, kakek Wali Songo) dan masih banyak lagi.

Lokasi situs purbakala yang semuanya merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan itu berjarak sekitar 12 kilometer dari kota Mojokerto atau 70 kilometer dari Surabaya ke arah barat daya Jatim. Untuk menuju lokasi itu dapat ditempuh dengan naik bus dari Surabaya hingga terminal Mojokerto atau langsung turun di Trowulan. Kemudian dari terminal Mojokerto naik angkutan kota ke Trowulan, setelah itu bisa naik ojek menuju ke beberapa candi yang berjarak sekitar 2-3 kilometer itu.

Kebanyakan situs-situs di Trowulan telah dipugar untuk menjaga keindahannya. Seperti Candi Bajang Ratu yang dipugar Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3) Jawa Timur mulai tahun 1989 hingga tahun 1992. Setelah pemugaran, candi yang terletak di dukuh Kraton, desa Temon, kecamatan Trowulan, Mojokerto itu pengunjungnya mulai ramai, terutama pada hari Sabtu-Minggu atau liburan sekolah.

Wisatawan yang berkunjung banyak berasal dari sejumlah daerah di Jatim dan Jateng. Turis asing pun juga banyak yang datang berkunjung. Mereka berasal dari Belanda, Australia, Jepang dan sebagainya.

Setiap bulannya tercatat 1.400-1.500 orang yang berkunjung pada hari-hari biasa, sedangkan hari Sabtu, Minggu dan liburan sekolah mencapai 4.000-5.000 orang pada setiap bulannya. Jadi, setiap harinya rata-rata 50-an orang pada hari-hari biasa dan rata-rata 170-an orang pada hari liburan dan liburan sekolah.

Candi Bajang Ratu yang berkaitan dengan penobatan Jayanegara sebagai ratu saat masih "bajang" (kecil) itu tampak indah dengan paduan taman bunga warna-warni seluas 11.500 meter persegi dengan jalan masuk yang cukup luas.

Hal yang sama juga terlihat di Candi Brahu yang terletak di desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Candi Brahu merupakan lokasi Ngaben (pembakaran mayat) era Kerajaan Majapahit. Di sini rata-rata ada 20-30 orang yang berkunjung setiap harinya.

Situs penuh misteri

Di antara sejumlah situs di Trowulan, Mojokerto, agaknya bentuk Candi Kedaton yang terletak di dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto, yang terletak tidak jauh dari Pendopo Majapahit, merupakan situs yang masih misteri.

Sampai sekarang, para arkeolog belum menemukan format dari Situs Kedaton yang juga memiliki sumur upas itu. Namun, beberapa bentuk bangunan situs itu diperkirakan berbentuk empat bangunan yang merupakan bentuk candi dengan sumur upas, makam Islam, mulut gua dan lorong rahasia.

Adanya candi yang berbentuk datar diduga merupakan ruang pertemuan dengan di sudut selatannya terdapat makamnya, sedangkan dari bentuk gua diduga sebagai tempat semedi (pertapaan) dan lorong rahasia diduga untuk ruang pelarian.

Penggalian situs Kedaton yang dilakukan sejak 1996 itu memang belum selesai hingga sekarang, karena para arkeolog masih mencari keterkaitan dari empat bentuk bangunan yang ada. Yang jelas, penggalian sudah mencapai kedalaman 80 sentimeter di bawah permukaan tanah, sehingga diduga merupakan lorong rahasia yang menghubungkan kerajaan Majapahit dengan kerajaan lainnya.

Misteri juga menyelimuti Pendopo Majapahit yang berjarak tidak jauh dari Situs Kedaton di Desa Sentonorejo tersebut. Pendopo Majapahit itu diyakini merupakan pusat kerajaan Majapahit dengan dugaan luasnya yang mencapai besaran kilometer, terbentang ke barat, timur, selatan dan utara dari pendopo.

Di belakang pendopo, ada batu miring yang merupakan tempat Gajahmada membaca ikrar "Sumpah Palapa", kemudian di belakangnya merupakan tempat pertapaan dan makam Raden Wijaya.

Namun, misteri tampaknya tidak terdapat juga di Candi Tikus yang terletak di dusun Dinuk, Desa Temon, kecamatan Trowulan, Mojokerto. Demikian juga dengan Candi Bajang Ratu dan Candi Brahu yang tampak utuh setelah dibenahi.

Disebut Candi Tikus, karena saat digali banyak tikus yang keluar. Tetapi candi itu akhirnya ditemukan bentuknya sebagai tempat pemandian putri kerajaan yang disebut dinuk (kesayangan). Candi dengan kedalaman 80 hingga 100 centimeter di bawah permukaan tanah itu berbentuk bujursangkar 22,5 meter x 22,5 meter yang candi-nya mirip Gunung Mahameru di India.

Melihat semua keunikan itu, pilihan berwisata ke situs peninggalan sejarah Majapahit ini sangat tepat karena apa yang didapat bukan sekedar liburan, namun juga bisa menapaki sejarah besar dari sebuah kerajaan yang menjadi inspirasi akan pentingnya "persatuan" dari segala kemajemukan Indonesia. (*/cax)

Sumber : www.kapanlagi.com

Pemandian Sekar Sari

Pemandian Sekar Sari adalah salah satu lokasi yang bisa anda kunjungi bila bertandang ke Mojokerto.


Pemandian Sekar Sari terletak di tengah kota, tepatnya di Jl. Empunala no.2. Kolam renangnya cukup representatif dilengkapi dengan fasilitas bermain anak-anak, wartel, toko alat-alat olah raga dan rumah makan yang menjual beraneka ragam makanan (bakso, kikil, soto ayam, dan lain-lain) dan kafe nuansa kolam renang. Dengan Tiket Masuk yang amat relatif murah yaitu sebesar Rp 2500,- per orang anda akan dapat menikmati liburan di tengah Kota bersama keluarga dan sekaligus berolah raga renang. Buka setiap hari dari hari senin sampai dengan minggu Pukul 07.00 sampai dengan Pukul 17.00 WIB kecuali hari jum'at tutup untuk dibersihkan.

Sumber : www.mojokertokota.go.id

Masjid Agung Al-Fattah

Masjid Agung Al-Fattah adalah salah satu lokasi yang bisa anda kunjungi bila bertandang ke Mojokerto.

Masjid Agung Al-Fattah didirikan pada jaman Belanda tepatnya pada tanggal 7 Mei 1878. Lokasi masjid ini berada di pusat kota sebelah Barat Alun-alun Kota Mojokerto yang digunakan untuk syiar Agama Islam.

Masjid Al-Fattah saat ini telah dipugar dan diperluas untuk menampung jamaah serta dilengkapi dengan fasilitas di antaranya :

· perpustakaan

· taman pendidikan Al-Quran

· poliklinik

· koperasi.

Bagi Anda yang singgah di Kota Mojokerto belum lengkap rasanya jika tidak mampir dan sholat serta berdo'a di Masjid Agung Al-Fattah agar perjalanan wisata anda bisa membawa barokah.

Sumber : www.mojokertokota.go.id

Klenteng Hok Siang Kiong

Klenteng Hok Siang Kiong adalah salah satu lokasi yang bisa anda kunjungi bila bertandang ke Mojokerto.


Klenteng Hok Siang Kiong didirikan pada jaman Belanda sekitar tahun 1823. Sedangkan Vihara Metta Sraddha didirikan pada tahun 1955. Lokasi Klenteng dan Vihara ini berada di Jl. Residen Pamudji. Ciri khas yang menonjol pada bangunan Klenteng dan Vihara ini adalah arsitekturnya khas Cina.

Sumber : www.mojokertokota.go.id

Kawasan Sungai Brantas Indah Dan Jogging Track

Kawasan Sungai Brantas Indah Dan Jogging Track Kota Mojokerto adalah salah satu lokasi wisata yang bisa anda kunjungi bila bertandang ke Mojokerto.



Dermaga Sungai Brantas merupakan salah obyek wisata air di Kota Mojokerto. Di sana kita dapat berjalan-jalan di area Jocking Track sambil menikmati indahnya Sungai Brantas dan sejuknya terpaan angin sungai tanpa dipungut biaya. Di Area ini juga terdapat caffe lesehan menyediakan beberapa macam makanan. Area ini sangat cocok untuk berolah raga pada pagi hari dan jalan-jalan sore sambil menikmati hembusan angin sungai yang sepoi-sepoi.

Kawasan ini terletak di sekitar Jl. Wayam Wuruk sampai di jembatan gajah Mada. Panjang Area ini kurang lebih sepanjang 1 Km. Bagi anda yang ingin menikmati sarana wisata yang murah tanpa dipungut biaya silakan berkunjung dan nikmati pesona Kawasan Sungai Brantas Indah Dan Jogging Track Kota MojokertoDermaga Sungai Brantas merupakan salah obyek wisata air di Kota Mojokerto. Di sana kita dapat berjalan-jalan di area Jocking Track sambil menikmati indahnya Sungai Brantas dan sejuknya terpaan angin sungai tanpa dipungut biaya.

Di Area ini juga terdapat caffe lesehan menyediakan beberapa macam makanan. Area ini sangat cocok untuk berolah raga pada pagi hari dan jalan-jalan sore sambil menikmati hembusan angin sungai yang sepoi-sepoi. Kawasan ini terletak di sekitar Jl. Wayam Wuruk sampai di jembatan gajah Mada. Panjang Area ini kurang lebih sepanjang 1 Km. Bagi anda yang ingin menikmati sarana wisata yang murah tanpa dipungut biaya silakan berkunjung dan nikmati pesona Kawasan Sungai Brantas Indah Dan Jogging Track Kota Mojokerto

Sumber : www.mojokertokota.go.id

Alon-Alon Kota Mojokerto

Alon-Alon Kota Mojokerto adalah salah satu lokasi wisata yang bisa anda kunjungi bila sekali waktu bertandang ke Mojokerto.


Aloon-aloon Kota Mojokerto yang terletak di pusat kota, bagi warga Kota Mojokerto dan sekitamya merupakan tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana bersantai bagi keluarga di akhir pekan. Mulai pagi hari hingga malam hari, Aloon-aloon tidak pemah sepi dari berbagai kegiatan.

Pada pagi hari, banyak siswa-siswi memanfaatkan tempat ini untuk melakukan kegiatan olahraga ataupun sebagai tempat sarana bermain. Kala sore menjelang, warga sekitar, terutama para remaja, memanfaatkan lapangan Aloon-aloon untuk kegiatan sepakbola, ini yang amat meriah. Dan ketika senja tiba, puluhan PKL mengais rejeki dengan menjajakan aneka dagangannya hingga tengah malam.

Itulah potret Aloon-aloon Kota, yang tak pemah sepi oleh berbagai kegiatan dari pagi hingga malam hari. Anda dapat menikmati suasana santai lesehan di rumput lapangan aloon-aloon dengan menggelar alas tikar yang disewakan serta aneka jajanan yang terjangkau harganya dan enak rasanya.

Di area luar aloon-aloon akan kita dapati kendaraan khas kota Mojokerto yang disewakan yaitu Dokar dan Sepur Kelinci dengan rute mengelilingi sekitar aloon-aloon dan kota mojokerto.

Sumber : http://www.mojokertokota.go.id

DAFTAR TELEPON PENTING KOTA MOJOKERTO

Buat Warga Mojokerto, khususnya Kota Mojokerto berikut adalah daftar nomor telepon Pemerintah Kota Mojokerto dan Instansi lainnya :
DAFTAR TELPON PENTING
Nama KantorTelpon
.: Walikota Mojokerto(0321) 321747
.:Badan Kepegawaian(0321) 399600
.:Badan Pemberdayaan Masyarakat(0321) 321642
.:Badan Pengawasan Kota(0321) 399630
.:Badan Perencanaan Pembangunan(0321) 327926
.:Badan Pertanahan Nasional Kota(0321) 322765
.:Badan Pusat Statistik Kota Mojokerto(0321) 324261
.:Bagian Hukum(0321) 381487
.:Bagian Keuangan(0321) 396249
.:Bagian Organisasi(0321) 321749
.:Bagian Pembangunan(0321) 396114
.:Bagian Pemerintahan(0321) 321748
.:Bagian Perekonomian(0321) 381479
.:Bagian Umum dan Perlengkapan(0321) 321750
.:Bakesbang Linmas(0321) 328704
.:Balitbang(0321) 329101
.:Departemen Agama Kota Mojokerto(0321) 322046 & 325925
.:Dinas Infokom(0321) 321988 & 396145
.:Dinas KB & KS(0321) 322700
.:Dinas Kebersihan & Pertamanan(0321) 321572
.:Dinas Kependudukan & Capil(0321) 395820
.:Dinas Kesehatan(0321) 321752 & 382549
.:Dinas Kesejahteraan Sosial(0321) 396469
.:Dinas Koperasi & UKM(0321) 321060
.:Dinas LLAJ(0321) 397077
.:Dinas Pekerjaan Umum(0321) 321755
.:Dinas Pendapatan Daerah(0321) 321753 & 395945
.:Dinas Pendidikan & Kebudayaan(0321) 322109
.:Dinas Pertanian(0321) 332823
.:Dinas Tenaga Kerja(0321) 321439
.:Diperindag & PM(0321) 321983
.:Kantor Arsip(0321) 321640
.:Kantor Asisten Administrasi Umum(0321) 330747
.:Kantor Asisten Tata Praja(0321) 329433
.:Kantor Lingkungan Hidup(0321) 381505
.:Kantor PDE(0321) 381480
.:Kantor Pelayanan PBB(0321) 322052
.:Kantor Pelayanan Perbendaharaan(0321) 321288
.:Kantor PT Telkom Mojokerto(0321) 321000
.:Kantor Satpol PP(0321) 326366
.:Kantor Sekda Kota Mojokerto(0321) 321746
.:Kecamatan Magersari(0321) 321987
.:Kecamatan Prajuritkulon(0321) 322844
.:Kejaksaan Negeri Mojokerto(0321) 322400
.:Kelurahan Wates(0321) 327233
.:Kelurahan Balongsari(0321) 322910
.:Kelurahan Blooto(0321) 392147
.:Kelurahan Gedongan(0321) 326214
.:Kelurahan Gunung Gedangan(0321) 390799
.:Kelurahan Jagalan(0321) 326688
.:Kelurahan Kauman(0321) 381180
.:Kelurahan Kedundung(0321) 326481
.:Kelurahan Kranggan(0321) 322531
.:Kelurahan Magersari(0321) 322930
.:Kelurahan Mentikan(0321) 394499
.:Kelurahan Meri(0321) 399788
.:Kelurahan Miji(0321) 326314
.:Kelurahan Prajuritkulon(0321) 395799
.:Kelurahan Pulorejo(0321) 390699
.:Kelurahan Purwotengah(0321) 394807
.:Kelurahan Sentanan(0321) 326829
.:Kelurahan Surodinawan(0321) 390999
.:KODIM 0815 Mojokerto(0321) 321065
.:Korem 082/CPYJ Mojokerto(0321) 321900
.:PDAM Kota Mojokerto(0321) 329011
.:Pengadilan Negeri Mojokerto(0321) 391434
.:Perum Jasa Tirta I Mojokerto(0321) 322390
.:Perum Pegadaian Mojokerto(0321) 322749
.:PMI/UTD Kota Mojokerto(0321) 327558 & 322785
.:PMK Gama(0321) 322454
.:PMK Ganista Agung(0321) 393864 & 393865
.:PMK Kab. Mojokerto(0321) 591310
.:PMK Kota Mojokerto(0321) 325013
.:PMK Tjiwi Kimia(0321) 388102
.:Polisi Militer Dam V Brawijaya(0321) 321072
.:Polres Mojokerto(0321) 322057
.:Polresta Mojokerto(0321) 330688
.:PT Askes Mojokerto(0321) 322190
.:PT Kereta Api Indonesia/Stasiun Mojokerto(0321) 322229
.:PT PLN Mojokerto(0321) 322705
.:PT Pos Indonesia Mojokerto(0321) 322545 & 322546
.:Puskesmas Blooto(0321) 392624
.:Puskesmas Gedongan(0321) 323252
.:Puskesmas Kedundung(0321) 392028
.:Puskesmas Mentikan(0321) 321057
.:RSUD Wahidin Sudiro Husodo(0321) 321661
.:Wakil Walikota Mojokerto(0321) 395588

Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.[6] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[7] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[7]

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.[8] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]

Berdirinya Majapahit

Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[9][10] Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[11][12] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang,[2] menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lainnya adalah Adityawarman, yang terkenal karena penaklukannya di Minangkabau.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina[13]. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[14][2]

Jatuhnya Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468[7].

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[15].

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara[16].

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M[15].

Kebudayaan

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama tidak menyebut keberadaan Islam, namun tampaknya ada anggota keluarga istana yang beragama Islam pada waktu itu[14].

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya[17]. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[14]. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[18].

Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[19]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata[20].

Struktur pemerintahan

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah, yang disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pertahanan kerajaan di wilayahnya masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[22] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

  • Daha
  • Jagaraga
  • Kabalan
  • Kahuripan
  • Keling
  • Kelinggapura
  • Kembang Jenar
  • Matahun
  • Pajang
  • Singhapura
  • Tanjungpura
  • Tumapel

Raja-raja Majapahit

Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok[7].

  1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
  2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
  3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
  4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
  5. Wikramawardhana (1389 - 1429)
  6. Suhita (1429 - 1447)
  7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
  8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
  9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
  10. Pandanalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
  11. Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
  12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
  13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)[23]
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit

JADWAL KERETA API STASIUN MOJOKERTO

Buat Anda yang Hendak Bepergian denga Kereta Api, Silahkan Lihat Jadwal Kereta Api Stasiun Mojokerto di bawah ini :

JADWAL KERETA API STASIUN MOJOKERTO
Jam berangkat Nama KeretaTujuan
.:02:28:00GAYABARU MSSURABAYA GUBENG
.:05:19:00K.R.DSURABAYA KOTA
.:05:31:00BIMASURABAYA GUBENG
.:05:59:00MUTIARA SELATANSURABAYA GUBENG
.:06:37:00PASUNDANKIARACONDONG BANDUNG
.:07:25:00DHOHOBLITAR
.:07:52:00SANCAKA IYOGYAKARTA
.:07:53:00TURANGGASURABAYA
.:07:53:00MAYASURABAYA
.:08:43:00DHOHOSURABAYA KOTA
.:09:15:00ARGOWILISBANDUNG
.:09:31:00DHOHOBLITAR
.:11:00:00LOGAWAPURWOKERTO
.:12:15:00DHOHOBLITAR
.:13:09:00DHOHOSURABAYA KOTA
.:13:34:00SRITANJUNGBANYUWANGI
.:14:00:00MAYAMADIUN
.:14:39:00SRITANJUNGLEMPUYANGAN
.:15:00:00GAYABARU MSPASARSENEN
.:15:01:00LOGAWAJEMBER
.:15:40:00SANCAKA IIYOGYAKARTA
.:16:49:00MUTIARA SELATANBANDUNG
.:17:02:00DHOHOBLITAR
.:17:13:00DHOHOSURABAYA KOTA
.:17:46:00BIMAGAMBIR
.:18:20:00K.R.DKERTOSONO
.:18:44:00TURANGGABANDUNG
.:19:49:00DHOHOSURABAYA KOTA
.:20:37:00PASUNDANSURABAYA GUBENG